my clock

Minggu, 13 Juli 2014

Eugene kepada Alanza.

Ini hari Sabtu.
Hari lahirmu yang masih lekat dalam ingatan.
Kamu bahagia. Ya, saya tahu itu.
Saya menumpahkan segala rasa syukur saya kepada Sang Maha, karenaNya saya sadar, bahwa tidak perlu malaikat atau bidadari dengan paras jelita untuk membuat imajinasi saya jadi nyata, seperti kata mereka.
Empat tahun, kamu masih sama. Dengan segala kekurangan yang kamu punya, dengan kecerobohan kamu dalam hal kecil yang tidak jarang membuatmu menghabiskan stok tisu dengan cepat.
Style berpakaianmu tidak jauh beda. Masih sering memakai kaos panjang merah muda atau abu-abu.
Kamu penyuka warna biru, dan itu tidak berubah.
Kamu masih sering memakai sepatu kets dan parfum romantic pink yang melekat pada tubuhmu.
Kamu masih suka minuman hot chocolate juga?
Iya, tapi mungkin sekarang kamu mengkombinasikannya menjadi choco peanut.
Kamu masih suka menulis prosa sembari mendengarkan musik dalam tabletmu?
Iya, buktinya blogmu masih selalu update.
Kamu masih suka lagu-lagunya Ungu band?
Ah tidak, rasanya sekarang kamu lebih menyukai band asal Jogja yang bervokaliskan Duta Modjo. Semenjak pintamu pada teman-teman pada hari ulang tahunmu agar dibelikan album terbaru dari Sheila On 7. Benar tidak?
Tapi.. Kamu lebih dewasa sekarang. Lebih tenang dan tidak terlalu keras kepala.
Kamu mungkin masih selalu jadi tempat curhat teman-temanmu. Masih menyenangkan dan selalu bersedia mengantarkan temanmu, kemanapun saat diminta.
Kamu masih sesederhana dulu.
Kamu masih menjadwalkan untuk pergi ke Gramedia setiap bulannya.
Kamu masih suka makan kentang rebus yang dicocol pake sambal dan kecap manis.
Kamu masih menjadi seorang melankolis yang selalu berusaha apatis, tapu sayangnya kamu masih sering memberatkan apa kata orang.
Kamu ingat dengan cover buku tulis warna biru muda yang lembaran kertas di dalamnya warna-warni?
Ya, saya masih menyimpannya. Mungkin kamu lupa dan ingin membacanya lagi.
Radar saya masih berfungsi dalam hal menemukanmu.
Dan sekarang, saya akan memberikan manuskrip ini kepada kamu.
Semoga saat ini rasamu kembali seperti dulu saat bersama saya, Alanza.

“Saya masih menyimpan boneka teddy bear kecil warna kuning itu, saya masih menyelipkan gantungan kunci smiley di lemari pakaian, masih melipat dengan rapi surat ucapan selamat ulang tahun ke 18, masih ingat kamu yang nggak suka aroma kayu putih, masih hafal kamu yang suka dengerin lagu pakai speaker dengan volume keras..”
Dan hari setelah 1 tahun 2 bulan setelahnya…
“Kita mau jalan-jalan kemana setelah menikah nanti, Alanza? Masih pengen ke Paris?”
“Hahahaha, I love you Eugene!!”
“Terima kasih, telah mengisi hidup saya. Melengkapi ketidaksempurnaan diri saya sekali lagi…”



Tuhan, maaf.
Mungkin aku terlalu bahagia saat ini.
Aku mohon, jangan menyegerakannya menjadi berakhir.
Iya, tenang saja Tuhan.
Masih ada rasa syukur yang aku rapalkan berkali-kali.
Masih ada tulisan di tembok kamar kosan yang aku ucap setiap hari.
Iya, masih ada alarm pengingat. Ingatkan saja ketika aku mulai lupa.
Terima kasih… Karena dengan selalunya Engkau menyetujui proposal keinginanku.
Bahkan untuk hal-hal yang kuduga tidak mungkin.
Dan untuk kenyataan yang tidak sesuai dengan doa,
Aku tetap bahagia pada akhirnya…
Terima kasih untuk bahagia yang Engkau kirim semalam.
Efeknya masih berasa sampai pagi ini, Tuhan…
Oh iya Tuhan,
Aku mau bilang terima kasih ke utusanMu juga ya?


Terima kasih, kamu…
Setengah dua lebih beberapa detik. Kusandarkan leher pada bantal di sandaran kursi kayu berwarna coklat muda itu. Jauh… Imajiku berbayang pada satu sosok yang sangat familiar.
Pada bingkai foto yang kali ini bisa disebut usang namun tetap setia terpajang.
Pada folder “past” yang sempat aku salin saat hubungan itu masih terjalin.
Pada bungkus cokelat berwarna hitam pekat. Segitiga bentuknya.
Mungkin bungkus segitiga itu sebagai sinyal. Sebagai tanda bahwa kita tidak menuju ujung yang sama.
Aku yang sekedar diam dan berharap kamu yang berlari ke arahku. Tapi sayangnya instingku melenceng. Kamu hanya berjalan pelan-pelan lalu terburu-buru ketika kamu anggap waktunya tidak banyak lagi.
Terkadang keyakinan yang kita bangun malah tidak terjadi. Tapi justru semua perjalanan yang dilalui memberikan arti.
"Kamu masih berhubungan baik dengan mantan-mantan kamu?"
“Memangnya harus musuhan?”
"Kamu masih ada rasa sama orang itu?"
“Memangnya kalau peduli artinya masih ada rasa?”
"Kalau suatu hari nanti dia putar balik dan kamu masih ada di satu titik itu, kamu mau ngapain?"
“Nanya aja, udah capek jalan-jalannya? Hahaha”
Nggak akan ada cerita yang sama. Aku nggak punya cermin cerita untuk memastikan pantulannya.
Nggak akan ada perjalanan yang diulang.
Nggak akan ada aku ataupun kamu yang kaya kemarin, kaya dulu.
Kalau ada hal yang terulang, artinya salah satu atau semua dari kita salah ngomong.
"Eh tapi kalian mirip. Kata orang-orang kalau mirip jodoh"
“Tapi Alloh nggak bilang gitu kan?”

"Kalau misalnya…."
“Ah udah, pokoknya aku terima apa takdirnya Alloh”.
Aku akan duduk melihatmu dari jauh sambil mendoakanmu selama aku tidak bisa melakukan apapun saat ini. Bahkan untuk sekedar bertanya apa kamu sudah makan atau apa kamu baik-baik saja. Sekalipun kesempatan itu ada, aku merasa tidak semua kesempatan mesti diambil. 

Aku akan duduk memperhatikanmu…

sekedar ...

Saya ini kemarau, kamu itu hujan. Atau mungkin sebaliknya. Saya nggak peduli, saya cuma tahu jika kita saling merindukan.
Nanti kalau semesta sudah selesai dengan komprominya, kita sama-sama keliling dunia.
Tapi tidak hanya sekedar itu, kita akan sama-sama menggelar sajadah dan meminta doa baik kepada Sang Maha. Agar kita selalu diberi kekuatan untuk terus sama-sama.
Kita tahu untuk sekedar bersama saja tidak mudah, apalagi bertahan. Iya kan?
Tapi pada saatnya kelak saya dan kamu akan yakin bahwa betapapun semenyebalkannya saya atau kamu bagi kita, asalkan bersama, hal itu akan tetap lebih baik daripada jalan masing-masing.

Selasa, 22 April 2014

Perkara Melupakanmu

Perkara melupakanmu,
Ini bukan lagi sekedar menghilangkan nama seseorang dalam putaran otak
Ini bukan sekedar menghapus rasa yang mendiami hati
Ini bukan sekedar meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang belakangan secara religius kita lakoni
Ini tentang menghapuskan kecintaanmu kepada satu sosok yang membuatmu merasa hidup, membuatmu berani bermimpi, membuatmu merasa tak perlu khawatir karena semua akan baik saja jika dia ada.
Ini tentang keharusan membunuh sumber inspirasi penghapus dahaga imajinasimu

Sesulit itu, karena kau membangun angan-angan masa depanku
Sesulit itu, karena kau bahkan membuatku berani untuk terus bermimpi
Sesulit itu, karena kau inspirasi dari semua tulisan ini

Tapi, menulis membuatku sering menyebut namamu
Menuliskanmu membuatku lebih banyak mengingatmu 
Menulis tentangmu seakan membekukan dan membuat kisahmu abadi
Terus menuliskanmu dan mengingatmu membuat semakin sulit mengusir kau pergi  


Tapi, Aku tetap ingin menulis namamu sesering mungkin
Aku akan tetap menuliskanmu surat hingga lelah
Aku akan tetap menuliskan kisah mu sebanyak semampuku

Agar suatu hari ketika semua sudah, ketika aku telah berhasil melewati fase ini, aku akan kembali menengok ke sini, untuk tersenyum kepada mereka
Agar aku lebih menghargai kebahagiaan ketika itu
Agar aku ingat, aku pernah terjatuh, seterpuruk ini, sesusah ini bangkit dan aku mengingatnya dengan tersenyum, aku naik kelas, ikhlas.

Karena suatu hari akan tiba saatnya ketika setiap hari aku akan berucap
“I’M SO HAPPY I COULD DIE!”


@whiteteanosugar

Be kind.

So, have you ever..
Laid on your bed at night and just cried?
Cried because you're ugly. you're fool. because you're not good enough.
You counted all your flaws from head to toe, you counted all your mistakes to punish and feel worse about yourself.
Cried because the comments from those people actually hurt your feelings.
Cried because nobody understands you and then you thinks that you're alone.
Cried because no matter how much you care, some people just don't care back.
Cried because when you make an effort with something and it goes unnoticed.
Around people, you are the happiest ray of sunshine.
But then that feeling you get in your throat while you're trying to talk when all you can do is just about to cry.
And they left unsaid and nobody knows, and then at night when you are alone you break down and just cry.

Menjadi sedih itu tidak enak, siapa sih yang mau setiap harinya terus-terusan sedih? But hey, yes we all know, everyone has their own problem, they have their own struggle, they have their unique war yang gak perlu kita tahu bentuknya seperti apa tapi as human being sebagai manusia berhati haruslah kita berempati, atau jika susah sedikit bersimpati atau paling tidak secuil saja perduli. Gak ada orang yang suka dibiarin sendiri, nggak ada. Apa jadinya ketika orang sebegitu terpuruknya dan malah dibiarkan sendiri? Perduli kepada orang lain merupakan perbuatan baik, kan? Lalu, apa salahnya?

Saya percaya bahwa dengan berbuat baik, kita akan merasa senang. Energi positif dari kebaikan yang kita berikan kepada orang lain akan kembali kepada kita. Bahwa sekedar kalimat "Terimakasih" yang tulus diucapkan setelah kita membantu orang, pernah kalian sadari betapa hangatnya?

Saya pernah menyakiti, dan merasa begitu jahat. Saya juga tahu bagaimana sedihnya ketika disakiti, dijahati, dicurangi. Pada akhirnya saya menyadari, menjadi jahat dan menyakiti sesungguhnya merugikan dua kali, merugikan orang lain dan diri sendiri. Iya, kita tidak pernah benar-benar tau dampak terhadap orang yang kita sakiti, kita tidak pernah benar-benar tau sedalam apa sedih yang kita sebabkan untuk dirinya, belum lagi perasaan ketika suatu saat kita sadar sudah menyakiti dan menyia-nyiakan orang baik, menyesal? rasanya sangat tidak menyenangkan.
Dan ya sesungguhnya kita akan sadar bahwa menyakiti orang lain itu sama saja seperti kita menyakiti diri sendiri.

Jadi, apa salahnya untuk menjadi baik? untuk tidak menyakiti, untuk lebih perduli, apa sih untungnya berlaku tidak baik?

Saya pernah membaca sebuah kalimat bijak yang berkata “Menjadi orang penting itu baik. Tetapi lebih penting lagi menjadi orang baik”, Tidak apa jika kita menjadi tidak atau kurang penting bagi mereka yang penting atau berarti untuk kita, tetapi teruslah menjadi orang baik sehingga kita akan bermakna untuk sekitar walaupun tidak digubris. 

Bullshit? Tidak juga. Dia yang Maha Melihat selalu memperhatikan. Kembali lagi pada kalimat awal, saya selalu percaya bahwa segala hal baik yang kita berikan pasti akan kembali kepada kita, bisa jadi dalam bentuk yang berbeda dan dari orang yang berbeda juga.

Kita bisa menjadi apa dan berbuat apa, pilihan itu ada ditangan kita sendiri.
Pada akhirnya perlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan oleh orang lain.

Kata ibu, jangan suka meninggalkan kekecewaan di hati orang lain. Ibumu juga mengajarkan begitukah?


@ whiteteanosugar

Surat Yang Terlambat Setahun

        Hai ****, aneh ya baca ini, tumben banget ya aku ngasih kamu surat? baca aja ya, udah pokoknya nurut sama aku, cukup baca, ya? :)

     ****...
Tiga tahun bersama, bukan tak mungkin ada yang berbeda, bukan tak mungkin jika ada sesuatu yang berubah, karena untuk kau tau aku jenis manusia dinamis, bukan statis. ****, aku ingin berbicara tentang salah satu partikel dalam tubuhku, aku sedang membicarakan tentang solar plexus ku. kau tak perlu cari tau artinya biar ku beri tahu saja. begini, artikan saja itu sebagai rongga hati, ya aku ingin membicarakan tentang hati.

     ****, aku menikmati kebersamaan ini, terlalu menikmati mungkin, hingga ketika sadar segalanya telah berubah, kebersamaan kita menumbuhkan rasa yang berbeda, untukku. aku tak tau itu apa. aku ingin menyebutnya dengan cinta, tapi aku ragu. tapi kurasa ini memang cinta! ya, sudah ku terka, ekspresi itu akan keluar ketika kau membaca bait kalimatku barusan. aku terlalu mengenalmu ****, untuk tiga tahun ini. percaya padaku, sekarang otakmu sedang dipenuhi beribu tanda tanya, aku berani bertaruh untuk itu!

     Kalau sekarang yang muncul di otakmu adalah kalimat "mengapa bisa?" maka akan ku jawab "loh, memangnya mengapa tak bisa?" kau tau ****, perhatianmu itu berlebih terhadapku, radarku terlalu kuat untuk tak menemukan perhatianmu yang walau kau sembunyikan itu. dan aku tak tau kau terbuat dari morfin jenis apa, kau terlalu menenangkan untukku. untuk tempatku berkeluh kesah, untuk tempatku mengadu, mengeluh, berbagi cerita, tertawa, segalanya. kau ingat aku pernah berkata seperti ini "kadang aku ga butuh solusi, aku cuma mau ngadu, tentang apapun. aku suka ngadu sama kamu" ya, aku cuma suka ngadu sama kamu, sesederhana itu.

     Kalau setelahnya otakmu menuntut jawaban "sejak kapan?" aku tak tahu pastinya, mungkin semenjak aku kehilangan makna, sejak aku mulai ragu rasa ini harus kesebut dengan apa, mungkin juga ketika akalku sudah tak sejalan dengan rasa, atau mungkin semenjak wangi favoritku adalah aromamu, dan tempat yang paling nyaman buatku adalah pelukkmu. entahlah, yang pasti semenjak kusadari aku tak mau kehilangan kamu ****, aku mulai bisa sedikit meraba makna yang kurasa.

    ****, aku sudah tak bisa berkata-kata malam ini, aku tak tau apa yang harus ku sampaikan lagi. aku mencintaimu, ****.




sahabatmu,


                                                                                                                                               
 
  ps: aku menulis ini satu setengah tahun yang lalu, kapanpun kau menemukan dan membacanya, iya ini tentang kamu,


****= nama yg disamarkan :))


@whiteteanosugar

"Aku Ingin Kembali Jatuh Cinta"

ini bukan pertama kali, ini untuk jutaan kali
aku sibuk merapal doa dalam hati
tuhan, semoga ketika datang saatnya takkan sesakit ini
otakku memutar rekaman jejak kembali
dari ratusan hari tak sedikitpun namamu luput dari tundukan kepala dan lipatan jari
aku tahu tuhan mendengar, aku memintamu kembali
ratusan hari kutunggu, tak ada tanda tanda kembali
tuhan tak membawamu kembali
aku lelah menanti dan meratapi

berangkali memang ada hal hal yang tak bisa dijawab oleh waktu
seperti kita, yang tak lagi aku dan kamu yang menyatu
juga kehilangan dan rindu-rindu yang terlalu
lalu apa masih pantas aku menunggu?

hari ini aku
 diam, otakku terus memutar rekam jejak setahun yang lalu
apakah ini mendung yang sama di hari itu?
hari dimana aku merasakan debar kencan pertama setelah bertahun aku hampir
 lupa rasanya di ajak kencan dengan orang yang ku mau

hari ini apa yang kau rasa?
setahun lalu debar kita merasa yang sama
kenapa semesta tega?
ini cuaca yang sama, cuaca yang seketika berubah menjadi rintik gerimis yang merubah acara kencan kita
ah sudahlah aku tak ingin bernostalgia terlalu
 lama
hanya akan semakin menggores luka
sudahi ini semua tuhan, aku ingin kembali jatuh
 cinta

dan bahagia
itu saja..

@whiteteanosugar

a long long day ago...

Him: waktu berantem sama pacar lo, pernah nggak curhatnya sama cowok lagi?

Me  : pernah, curhat ke siapa aja yang bisa bikin nyaman

Him: entar kalo cewenya malah nyaman sama cowo yang dicurhatin terus pindah haluan?

Me  :
 ini nanya ke gue personally atau secara umum? ya itu mah resiko sih, balik lagi ke cewenya aja

Him: kalo lo, gimana?

Me  : gue pernah punya cowok terus gue curhat sama temen gue cowok yang juga temennya pacar    gue ketika itu, waktu gue putus sama pacar gue, gue jadian sama cowok yang gue curhatin itu yang juga temen gue dan temen mantan gue.
tapi ada juga temen cowok yang gue curhatin terus, karena nyaman, tapi yaa emang cuma temen aja ampe sekarang nggak ada apa-apa.
ada juga tempat curhat gue yang akhirnya gue jatuh
 cinta sama dia.

Him: terus gue yang mana?

Me  : lo maunya yang mana?

Him: yang ketiga kayanya nih

Me  : kenapa bisa nebak yang itu?

Him: emang begitu kejadiannya

Me  : lo ngerasa gue begitu yah? kalo gitu kalimatnya gue ganti

Him: yaudah ganti

Me  : ada juga tempat cerita gue, bikin gue nyaman, terus akhirnya gue jatuh cinta sama
 dia
, tapi kami nggak bisa bersama...


@whiteteanosugar
Hai, 

Bagaimana kabarmu disana? Apa yang kau lakukan belakangan ini? Aku masih sebegitu ingin tahunya. Masih sepeduli itunya. Masih sebegitu memikirkannya. 
Apa kabar hatimu? Bagaimana rasanya ketika ia patah? Apakah senyeri ketika kau mematahkan milikku? Sebegitu ingin tahunya aku, sekhawatirnya itu aku bahkan ketika hatimu dipatahkan orang lain.

Ngomong-ngomong hari ini di tempatku hujan, di sana jugakah? Aku rindu bertukar kabar denganmu. Aku rindu isi pesan sesederhana “hai, di sini hujan” atau “paginya cerah, jangan lupa olahraga!” atau “aku punya resep masakan baru!” ah ya, aku masih banyak berharap pesan-pesan seperti itu kembali muncul di layar ponsel ku.

Sudahlah, terlalu banyak mengingatmu tak baik untuk kesehatan hatiku. Baik-baik kau di sana, baik-baik kau menata hati. Semoga ia cepat pulih.


Ah bahkan aku masih saja mendoakan hati yang pernah mematahkan hatiku.
:)



@whiteteanosugar

Seperti Domino

Kepada yang akhirnya menemukan surat ini,

Belakangan aku hampir lupa rasanya menangis, hari-hariku terasa begitu padat tapi sangat flat. Ah bukankah harusnya itu pertanda baik, ketika hari-harimu terbebas dari derai air mata?
Ya tentu, aku tahu jelas penyebabnya, tak perlu banyak menerka-nerka. Ada yang hilang, pengisi hati beserta segala rutinitasnya.
Kau tahu? tempatmu mungkin se-spesial itu, hingga ketika kau pergi seperti tak tersisa, hampa. Aku hampir lupa caranya berekspresi, semua sama, datar saja.

Lalu kemarin, aku seperti tau arti matahari di musim penghujan. Aku bagai tau rasanya menemukan tetes air di padang sahara, senyumku kembali.

Ternyata aku masih pintar berpura-pura, kau pun. Sandiwara. Sepertinya kita berhak akan piala citra. Dua-duanya seakan biasa saja, tanpa beban, tanpa luka, bebas, lepas, kita melebur, menjadi tawa di udara.

Setelahnya aku sadar, di antara kita memang ada cinta. Masih ada.
Tapi arahnya sudah tak lagi sama.
Aku mencintaimu, masih.. dan kau mencintainya, sangat.

Kita benar-benar seperti domino, aku jatuh untukmu dan kau jatuh untuk orang lain, tidak bisakah jika kita saling jatuh untuk satu sama lain?

Bodoh! 
Iya, aku yang bodoh. Masih saja  jatuh untukmu berulang-ulang.
Kau juga, bodoh. Kenapa terus mengejar cinta yang mengurungmu? kenapa bertahan dengan cinta yang tak membebaskan?
Iya, kita sama-sama bodoh. Mungkin itu esensi cinta, melumpukan logika, mengagungkan rasa. 

Tapi kau tau? ada yang lebih menyedihkan dari kebodohan kita berdua, tau apa?
Aku yang ikut merasa sakit melihat kau semenderita itu, aku yang ikut merasakan sedihmu ketika ternyata cinta menyakitimu.

Tapi sejujurnya aku iri, kau begitu berjuang untuknya, sedang dulu? ah sudahlah, aku seperti sedang melihat diriku di cermin ketika dulu mengejarmu..

:)

@whiteteanosugar.blogspot.com

Minggu, 02 Februari 2014

Tahu Diri

By: Maudy Ayunda
Hai, selamat bertemu lagi..
Aku sudah lama menghindarimuSialkulah kau di siniSungguh tak mudah bagikuRasanya tak ingin bernafas lagiTegak bediri di depanmu kiniSakitnya menusuk jantung iniMelawan cinta yang ada di hati
Dan..upayaku tahu diri..Tak slamanya berhasilPabila kau muncul terus beginiTanpa pernah kita bersamaPergilah,menghilang sajalah lagi
Bye, selamat berpisah lagiMeski masih ingin memandangimuLebih baik kau tiada di siniSungguh tak mudah bagikuMenghentikan sgala khayalan gilaJika kau ada dan ku cuma bisaMeradang menjadi yang di sisimuMembenci nasibku yang tak berubah
Berkali-kali kau berkataKau cinta tapi tak bisaBerkali-kali ku tlah berjanjiMenyerah....
Dan..upayaku tahu diriTak slamanya berhasil
Pergilah,menghilang sajalahPergilah,menghilang sajalah lagi...
Saya yakin..
Seberapa kalipun saya jatuh,
Akan ada Dia yang membangunkan saya kembali.
Seberapa seringnya saya salah arah,
Akan ada Dia yang meluruskan jalan.

Saya yakin..
Untuk setiap dari mereka yang Dia hadirkan,
adalah bagian dari caraNya untuk mentuakan saya.
Untuk menyadarkan jika saya bukan anak belasan tahun lagi yang masih mencla-mencle dan asal iya iya mau mau saja.

Saya yakin..
Dua tahun sepersekian bulan ini,
adalah sebatas doa yang nantinya berwujudkan tentang apa yang saya butuhkan, senyatanya.

Saya yakin..
Dengan teramat sayangnya Dia sama saya,
saya diberi tahu akan mereka-mereka yang memang sudah seharusnya tidak nampak baik.

Saya yakin..
Masih banyak hal yang harus saya pelajari tentang mereka, supaya kata Dia.. Saya nggak salah langkah lagi.
Supaya saya tahu bagaimana caranya mengambil sikap, supaya saya tahu bagaimana caranya menerima.

Saya yakin..
Kemanapun pikiran saya tertuju,
adalah cara Dia untuk setahap demi setahap mewujudkan doa itu.
Menuntun perihal arah mana yang harus saya ambil.
Tentang kamu, kamu yang lain, atau siapapun itu..
Keyakinan akan ada, sampai akhirnya Dia benar-benar menyadarkan kepada saya bahwa..
"Iya, kamu yang itulah isi doa saya selama ini".



Minggu, 19 Januari 2014

Ada beberapa sendok harapan dalam larutan pintamu yang juga kamu amin-kan dengan berkali-kali adukan.
Ketika akhirnya nanti kamu bilang “manis”, saat itu kamu akan khusyuk dengan penuh rasa syukur.
Dan aku akan menonverbalkan, mungkin dengan berapapun desibelnya, juga ikut bahagia. Walaupun tak pernah kamu tau.
Aku terlalu takut, takut untuk menjamah pintamu. Pintamu yang aku pikir tentang makhluk mars yang bukan aku.
Akan kubiarkan kau meresapi untuk setiap amin-mu, lalu kudengar saja sendiri melodi tersiratku..

*lagu* “Inginku, bukan hanya jadi temanmu.. atau sekedar sahabatmu, yang rajin dengar ceritamu..”

Ada beberapa bagian, yang bikin aku nggak bisa ngomong ke kamu. Bukan karena aku nggak mau, tapi nggak bisa.
Nggak bisa ngebuat semuanya jadi berakibat.
Iya, panggil saja aku pecundang perasaan.
Yang penting bisa nemenin kamu nyeduh harapan.
Yang penting bisa megangin payung buat kamu waktu kita maen bareng pas hujan.
Yang penting bisa gandeng tangan kamu waktu nyebrang.
Yang penting bisa kamu telfon, ya.. walaupun cuma waktu “kamu dimana? Aku lagi butuh kamu sekarang..”
Nggak papa, aku ikhlas..
Pun jika nanti muaranya tidak menuju kepadaku.



Eh, sebentar...
Kenapa ada satu judul tulisan yang tidak aku kenal di folder notebook ku?
“Kamu, semuanya kamu.”
Hah?

SEMENJAK DIA MENULIS APA YANG DIA RASA..
BAHKAN MUNGKIN JAUH SEBELUM DIA MENULISNYA..
AKU TAU, BAHWA ADA SESUATU YANG BEDA YANG AKU RASA TERHADAP SIKAPNYA.
BUKAN UNTUK SEORANG TEMAN TERNYATA, TAPI UNTUK SESEORANG YANG INGIN DIA MILIKI NANTINYA..
BUKAN SESUATU YANG BIASA, HINGGA SEMUANYA TERJADI BEGITU SAJA.
BUKAN AKU TAK TAU TENTANG ITU. AKU TAU, AKU TAU, AKU TAU..
KAMU DIAM, TAPI BUKAN BERARTI “DIAM”.
TAPI.. AKU TAU, KAMU DIAM UNTUK MENCOBA MELAKUKAN APA YANG INGIN KAMU LAKUKAN, TAPI TAK PERNAH SANGGUP MELAKUKANNYA..
DAN KAMU TAU?
SESUNGGUHNYA RASA ITU JUGA YANG KIAN MELETUP DISINI (HATI).
JIKA SAJA KAMU TANYA TERHADAP SIAPAKAH RASA INI ADA?
TERHADAP SESEORANG YANG HANYA MAMPU UNGKAPAN RASA LEWAT TULISANNYA, SESEORANG YANG SLALU MENCOBA UNTUK MENATAPKU, DAN SESEORANG YANG INGIN AGAR AKU SLALU BAIK-BAIK SAJA..

Aku akan ada disana, jam 7 nanti. Di tempat biasa kamu menemaniku menyeduh harapan.

Ah, Tuhan memang ajaib.
Dua tahun tiga bulan aku mengagumimu dalam diam. Tiga bulan sembilan hari aku mengenalmu. Kini, terima kasih untuk doa-doa yang terkabulkan, Tuhan..
Terima kasih teruntuk hatimu yang mengizinkan aku untuk membuka pintu, untuk kemudian tinggal didalamnya.
Anggap saja ini surat cinta bersambung.





Sincerely,


yours   :) 
Kenapa?

Bingung mau gimana jelasinnya.

Ada masalah?

Maafin aku...

Untuk apa?

Hm.. Maaf, udah maen hati.

Hahahaha, maen hati gimana ceritanya?

Mestinya dari kemarin kamu tau.

Iya, tapi aku nggak ngerti. Gimana dong?

Sejak kamu sms dan bilang "pertahanin dan jaga yang masih ada".  Berasa kamu nyuruh aku pergi dan seolah bilang "pergi sana lu, balik sama cewe lu, jangan ganggu gue!" tapi dengan cara yang halus.

Loh, kok jadi gini? Kamu ngerasanya gitu? Aku bilang gitu bukan cuma sama kamu aja. Sama temenku yang juga LDR pun bilang gitu.

Iya, tapi ini beda. Masalahnya ya ada di pembicaraanku di awal tadi. Maaf..

Apa sih ini minta maaf mulu, berasa beban banget.

Pokoknya intinya itu. Kalo mau dibahas semua dari awal ya panjang. Tapi yang jelas aku emang udah salah sedari awal. Hm.. Waktu aku tanya tentang cinta tak harus memiliki, kamu bilang bullshit. Iyaya.. Maaf ya..

Apa? Kamu ngomong apa? Coba ulangin..

Hahaha, nggak ada siaran ulang. Suruh siapa nggak  dengerin.

(heh.. gue denger, cuma maksud gue ya gue pengen lu jelasin lebih detail tentang itu.. sayangnya lu ngga ngerti)

Yaudah, pokoknya intinya itu. Aku sih daritadi udah jelas, dan langsung masuk ke inti. Cuma kamunya aja yang masih bingung.

Ya makannya aku bingung dan mau kamu cerita yang bener biar jelas...

Nggak bisa, aku susah ngomongnya..


Tut tut tut tut tut....

Message
From : Mars

"Pulsa yang memisahkan"

To : Mars

"Hahaha. Oke fine, anggep aja clear biar ngga bingung"

From : Mars

"Sebenernya sih kalo mau tau dari sikap sama tingkah laku mah pasti kamu udah tau.."

To : Mars

"Tuh kan! Ini apa lagi malah ngomongin sikap sama tingkah laku, aku ngga peka  -_-"

From : Mars

"Berarti aman! Wkwkwk"

To : Mars

"Yaudah.. Iya. Lu aman ko, semuanya juga aman.. Gapapa :) Kamu berdoa aja mudah-mudahan tadi aku ngga lagi boong, haha :p "

From : Mars

"Yah, jangan gitu dong.. Nanti gue kepikiran lagi :p "

To : Mars

"Saran aja nih ya.. Banyak belajar aja dari kesalahan. Jangan sampe apapun yang slama ini kamu pertahanin malah kamu lepasin cuma karena egoisnya kamu.. Intinya kemarin gue bilang "pertahanin dan jaga yang masih ada" itu maksudnya ngingetin lu, kalo masih ada hati yang perlu dihargai disana :) "

To : Mars

"Gue tau, mungkin sebenernya masih banyak yang pengen lu omongin sama gue. Tapi lu takut efeknya ntar jadi ngga enak. Yakaaaan? Hahaha"

From : Mars

"Lidah gue kaku kalo denger suara lu..."



Nb : Hai, Mars! Kita 'bukan' dua orang yang lagi sama-sama ngerasain nyaman pada waktu yang salah tapi kita nikmatin, kan?
Ah, nyatanya pertanyaan itu bisa aku jawab sendiri.

Kita ngga bisa nyalahin perasaan. Tapi waktu jadi peran utamanya. Itu yang salah. Harusnya nggak kaya gini dari awal. Itu isi benak kita, tapi nyatanya udah seperti ini kan?

Kita salah. Sama-sama salah. Tapi kamu perlu tau, kamu perlu inget ya Mars.. Sekali lagi : Masih ada hati yang harus kamu hargai, disana...