my clock

Selasa, 22 April 2014

Perkara Melupakanmu

Perkara melupakanmu,
Ini bukan lagi sekedar menghilangkan nama seseorang dalam putaran otak
Ini bukan sekedar menghapus rasa yang mendiami hati
Ini bukan sekedar meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang belakangan secara religius kita lakoni
Ini tentang menghapuskan kecintaanmu kepada satu sosok yang membuatmu merasa hidup, membuatmu berani bermimpi, membuatmu merasa tak perlu khawatir karena semua akan baik saja jika dia ada.
Ini tentang keharusan membunuh sumber inspirasi penghapus dahaga imajinasimu

Sesulit itu, karena kau membangun angan-angan masa depanku
Sesulit itu, karena kau bahkan membuatku berani untuk terus bermimpi
Sesulit itu, karena kau inspirasi dari semua tulisan ini

Tapi, menulis membuatku sering menyebut namamu
Menuliskanmu membuatku lebih banyak mengingatmu 
Menulis tentangmu seakan membekukan dan membuat kisahmu abadi
Terus menuliskanmu dan mengingatmu membuat semakin sulit mengusir kau pergi  


Tapi, Aku tetap ingin menulis namamu sesering mungkin
Aku akan tetap menuliskanmu surat hingga lelah
Aku akan tetap menuliskan kisah mu sebanyak semampuku

Agar suatu hari ketika semua sudah, ketika aku telah berhasil melewati fase ini, aku akan kembali menengok ke sini, untuk tersenyum kepada mereka
Agar aku lebih menghargai kebahagiaan ketika itu
Agar aku ingat, aku pernah terjatuh, seterpuruk ini, sesusah ini bangkit dan aku mengingatnya dengan tersenyum, aku naik kelas, ikhlas.

Karena suatu hari akan tiba saatnya ketika setiap hari aku akan berucap
“I’M SO HAPPY I COULD DIE!”


@whiteteanosugar

Be kind.

So, have you ever..
Laid on your bed at night and just cried?
Cried because you're ugly. you're fool. because you're not good enough.
You counted all your flaws from head to toe, you counted all your mistakes to punish and feel worse about yourself.
Cried because the comments from those people actually hurt your feelings.
Cried because nobody understands you and then you thinks that you're alone.
Cried because no matter how much you care, some people just don't care back.
Cried because when you make an effort with something and it goes unnoticed.
Around people, you are the happiest ray of sunshine.
But then that feeling you get in your throat while you're trying to talk when all you can do is just about to cry.
And they left unsaid and nobody knows, and then at night when you are alone you break down and just cry.

Menjadi sedih itu tidak enak, siapa sih yang mau setiap harinya terus-terusan sedih? But hey, yes we all know, everyone has their own problem, they have their own struggle, they have their unique war yang gak perlu kita tahu bentuknya seperti apa tapi as human being sebagai manusia berhati haruslah kita berempati, atau jika susah sedikit bersimpati atau paling tidak secuil saja perduli. Gak ada orang yang suka dibiarin sendiri, nggak ada. Apa jadinya ketika orang sebegitu terpuruknya dan malah dibiarkan sendiri? Perduli kepada orang lain merupakan perbuatan baik, kan? Lalu, apa salahnya?

Saya percaya bahwa dengan berbuat baik, kita akan merasa senang. Energi positif dari kebaikan yang kita berikan kepada orang lain akan kembali kepada kita. Bahwa sekedar kalimat "Terimakasih" yang tulus diucapkan setelah kita membantu orang, pernah kalian sadari betapa hangatnya?

Saya pernah menyakiti, dan merasa begitu jahat. Saya juga tahu bagaimana sedihnya ketika disakiti, dijahati, dicurangi. Pada akhirnya saya menyadari, menjadi jahat dan menyakiti sesungguhnya merugikan dua kali, merugikan orang lain dan diri sendiri. Iya, kita tidak pernah benar-benar tau dampak terhadap orang yang kita sakiti, kita tidak pernah benar-benar tau sedalam apa sedih yang kita sebabkan untuk dirinya, belum lagi perasaan ketika suatu saat kita sadar sudah menyakiti dan menyia-nyiakan orang baik, menyesal? rasanya sangat tidak menyenangkan.
Dan ya sesungguhnya kita akan sadar bahwa menyakiti orang lain itu sama saja seperti kita menyakiti diri sendiri.

Jadi, apa salahnya untuk menjadi baik? untuk tidak menyakiti, untuk lebih perduli, apa sih untungnya berlaku tidak baik?

Saya pernah membaca sebuah kalimat bijak yang berkata “Menjadi orang penting itu baik. Tetapi lebih penting lagi menjadi orang baik”, Tidak apa jika kita menjadi tidak atau kurang penting bagi mereka yang penting atau berarti untuk kita, tetapi teruslah menjadi orang baik sehingga kita akan bermakna untuk sekitar walaupun tidak digubris. 

Bullshit? Tidak juga. Dia yang Maha Melihat selalu memperhatikan. Kembali lagi pada kalimat awal, saya selalu percaya bahwa segala hal baik yang kita berikan pasti akan kembali kepada kita, bisa jadi dalam bentuk yang berbeda dan dari orang yang berbeda juga.

Kita bisa menjadi apa dan berbuat apa, pilihan itu ada ditangan kita sendiri.
Pada akhirnya perlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan oleh orang lain.

Kata ibu, jangan suka meninggalkan kekecewaan di hati orang lain. Ibumu juga mengajarkan begitukah?


@ whiteteanosugar

Surat Yang Terlambat Setahun

        Hai ****, aneh ya baca ini, tumben banget ya aku ngasih kamu surat? baca aja ya, udah pokoknya nurut sama aku, cukup baca, ya? :)

     ****...
Tiga tahun bersama, bukan tak mungkin ada yang berbeda, bukan tak mungkin jika ada sesuatu yang berubah, karena untuk kau tau aku jenis manusia dinamis, bukan statis. ****, aku ingin berbicara tentang salah satu partikel dalam tubuhku, aku sedang membicarakan tentang solar plexus ku. kau tak perlu cari tau artinya biar ku beri tahu saja. begini, artikan saja itu sebagai rongga hati, ya aku ingin membicarakan tentang hati.

     ****, aku menikmati kebersamaan ini, terlalu menikmati mungkin, hingga ketika sadar segalanya telah berubah, kebersamaan kita menumbuhkan rasa yang berbeda, untukku. aku tak tau itu apa. aku ingin menyebutnya dengan cinta, tapi aku ragu. tapi kurasa ini memang cinta! ya, sudah ku terka, ekspresi itu akan keluar ketika kau membaca bait kalimatku barusan. aku terlalu mengenalmu ****, untuk tiga tahun ini. percaya padaku, sekarang otakmu sedang dipenuhi beribu tanda tanya, aku berani bertaruh untuk itu!

     Kalau sekarang yang muncul di otakmu adalah kalimat "mengapa bisa?" maka akan ku jawab "loh, memangnya mengapa tak bisa?" kau tau ****, perhatianmu itu berlebih terhadapku, radarku terlalu kuat untuk tak menemukan perhatianmu yang walau kau sembunyikan itu. dan aku tak tau kau terbuat dari morfin jenis apa, kau terlalu menenangkan untukku. untuk tempatku berkeluh kesah, untuk tempatku mengadu, mengeluh, berbagi cerita, tertawa, segalanya. kau ingat aku pernah berkata seperti ini "kadang aku ga butuh solusi, aku cuma mau ngadu, tentang apapun. aku suka ngadu sama kamu" ya, aku cuma suka ngadu sama kamu, sesederhana itu.

     Kalau setelahnya otakmu menuntut jawaban "sejak kapan?" aku tak tahu pastinya, mungkin semenjak aku kehilangan makna, sejak aku mulai ragu rasa ini harus kesebut dengan apa, mungkin juga ketika akalku sudah tak sejalan dengan rasa, atau mungkin semenjak wangi favoritku adalah aromamu, dan tempat yang paling nyaman buatku adalah pelukkmu. entahlah, yang pasti semenjak kusadari aku tak mau kehilangan kamu ****, aku mulai bisa sedikit meraba makna yang kurasa.

    ****, aku sudah tak bisa berkata-kata malam ini, aku tak tau apa yang harus ku sampaikan lagi. aku mencintaimu, ****.




sahabatmu,


                                                                                                                                               
 
  ps: aku menulis ini satu setengah tahun yang lalu, kapanpun kau menemukan dan membacanya, iya ini tentang kamu,


****= nama yg disamarkan :))


@whiteteanosugar

"Aku Ingin Kembali Jatuh Cinta"

ini bukan pertama kali, ini untuk jutaan kali
aku sibuk merapal doa dalam hati
tuhan, semoga ketika datang saatnya takkan sesakit ini
otakku memutar rekaman jejak kembali
dari ratusan hari tak sedikitpun namamu luput dari tundukan kepala dan lipatan jari
aku tahu tuhan mendengar, aku memintamu kembali
ratusan hari kutunggu, tak ada tanda tanda kembali
tuhan tak membawamu kembali
aku lelah menanti dan meratapi

berangkali memang ada hal hal yang tak bisa dijawab oleh waktu
seperti kita, yang tak lagi aku dan kamu yang menyatu
juga kehilangan dan rindu-rindu yang terlalu
lalu apa masih pantas aku menunggu?

hari ini aku
 diam, otakku terus memutar rekam jejak setahun yang lalu
apakah ini mendung yang sama di hari itu?
hari dimana aku merasakan debar kencan pertama setelah bertahun aku hampir
 lupa rasanya di ajak kencan dengan orang yang ku mau

hari ini apa yang kau rasa?
setahun lalu debar kita merasa yang sama
kenapa semesta tega?
ini cuaca yang sama, cuaca yang seketika berubah menjadi rintik gerimis yang merubah acara kencan kita
ah sudahlah aku tak ingin bernostalgia terlalu
 lama
hanya akan semakin menggores luka
sudahi ini semua tuhan, aku ingin kembali jatuh
 cinta

dan bahagia
itu saja..

@whiteteanosugar

a long long day ago...

Him: waktu berantem sama pacar lo, pernah nggak curhatnya sama cowok lagi?

Me  : pernah, curhat ke siapa aja yang bisa bikin nyaman

Him: entar kalo cewenya malah nyaman sama cowo yang dicurhatin terus pindah haluan?

Me  :
 ini nanya ke gue personally atau secara umum? ya itu mah resiko sih, balik lagi ke cewenya aja

Him: kalo lo, gimana?

Me  : gue pernah punya cowok terus gue curhat sama temen gue cowok yang juga temennya pacar    gue ketika itu, waktu gue putus sama pacar gue, gue jadian sama cowok yang gue curhatin itu yang juga temen gue dan temen mantan gue.
tapi ada juga temen cowok yang gue curhatin terus, karena nyaman, tapi yaa emang cuma temen aja ampe sekarang nggak ada apa-apa.
ada juga tempat curhat gue yang akhirnya gue jatuh
 cinta sama dia.

Him: terus gue yang mana?

Me  : lo maunya yang mana?

Him: yang ketiga kayanya nih

Me  : kenapa bisa nebak yang itu?

Him: emang begitu kejadiannya

Me  : lo ngerasa gue begitu yah? kalo gitu kalimatnya gue ganti

Him: yaudah ganti

Me  : ada juga tempat cerita gue, bikin gue nyaman, terus akhirnya gue jatuh cinta sama
 dia
, tapi kami nggak bisa bersama...


@whiteteanosugar
Hai, 

Bagaimana kabarmu disana? Apa yang kau lakukan belakangan ini? Aku masih sebegitu ingin tahunya. Masih sepeduli itunya. Masih sebegitu memikirkannya. 
Apa kabar hatimu? Bagaimana rasanya ketika ia patah? Apakah senyeri ketika kau mematahkan milikku? Sebegitu ingin tahunya aku, sekhawatirnya itu aku bahkan ketika hatimu dipatahkan orang lain.

Ngomong-ngomong hari ini di tempatku hujan, di sana jugakah? Aku rindu bertukar kabar denganmu. Aku rindu isi pesan sesederhana “hai, di sini hujan” atau “paginya cerah, jangan lupa olahraga!” atau “aku punya resep masakan baru!” ah ya, aku masih banyak berharap pesan-pesan seperti itu kembali muncul di layar ponsel ku.

Sudahlah, terlalu banyak mengingatmu tak baik untuk kesehatan hatiku. Baik-baik kau di sana, baik-baik kau menata hati. Semoga ia cepat pulih.


Ah bahkan aku masih saja mendoakan hati yang pernah mematahkan hatiku.
:)



@whiteteanosugar

Seperti Domino

Kepada yang akhirnya menemukan surat ini,

Belakangan aku hampir lupa rasanya menangis, hari-hariku terasa begitu padat tapi sangat flat. Ah bukankah harusnya itu pertanda baik, ketika hari-harimu terbebas dari derai air mata?
Ya tentu, aku tahu jelas penyebabnya, tak perlu banyak menerka-nerka. Ada yang hilang, pengisi hati beserta segala rutinitasnya.
Kau tahu? tempatmu mungkin se-spesial itu, hingga ketika kau pergi seperti tak tersisa, hampa. Aku hampir lupa caranya berekspresi, semua sama, datar saja.

Lalu kemarin, aku seperti tau arti matahari di musim penghujan. Aku bagai tau rasanya menemukan tetes air di padang sahara, senyumku kembali.

Ternyata aku masih pintar berpura-pura, kau pun. Sandiwara. Sepertinya kita berhak akan piala citra. Dua-duanya seakan biasa saja, tanpa beban, tanpa luka, bebas, lepas, kita melebur, menjadi tawa di udara.

Setelahnya aku sadar, di antara kita memang ada cinta. Masih ada.
Tapi arahnya sudah tak lagi sama.
Aku mencintaimu, masih.. dan kau mencintainya, sangat.

Kita benar-benar seperti domino, aku jatuh untukmu dan kau jatuh untuk orang lain, tidak bisakah jika kita saling jatuh untuk satu sama lain?

Bodoh! 
Iya, aku yang bodoh. Masih saja  jatuh untukmu berulang-ulang.
Kau juga, bodoh. Kenapa terus mengejar cinta yang mengurungmu? kenapa bertahan dengan cinta yang tak membebaskan?
Iya, kita sama-sama bodoh. Mungkin itu esensi cinta, melumpukan logika, mengagungkan rasa. 

Tapi kau tau? ada yang lebih menyedihkan dari kebodohan kita berdua, tau apa?
Aku yang ikut merasa sakit melihat kau semenderita itu, aku yang ikut merasakan sedihmu ketika ternyata cinta menyakitimu.

Tapi sejujurnya aku iri, kau begitu berjuang untuknya, sedang dulu? ah sudahlah, aku seperti sedang melihat diriku di cermin ketika dulu mengejarmu..

:)

@whiteteanosugar.blogspot.com