Kepada
yang akhirnya menemukan surat ini,
Belakangan
aku hampir lupa rasanya menangis, hari-hariku terasa
begitu padat tapi sangat flat. Ah bukankah harusnya itu pertanda baik, ketika
hari-harimu terbebas dari derai air mata?
Ya
tentu, aku tahu jelas penyebabnya, tak perlu banyak menerka-nerka. Ada yang
hilang, pengisi hati beserta segala rutinitasnya.
Kau
tahu? tempatmu mungkin se-spesial itu, hingga ketika kau pergi seperti tak
tersisa, hampa. Aku hampir lupa caranya berekspresi, semua sama, datar saja.
Lalu
kemarin, aku seperti tau arti matahari di musim penghujan. Aku bagai tau
rasanya menemukan tetes air di padang sahara, senyumku kembali.
Ternyata
aku masih pintar berpura-pura, kau pun. Sandiwara. Sepertinya kita berhak akan
piala citra. Dua-duanya seakan biasa saja, tanpa beban, tanpa luka, bebas,
lepas, kita melebur, menjadi tawa di udara.
Setelahnya
aku sadar, di antara kita memang ada cinta. Masih ada.
Tapi
arahnya sudah tak lagi sama.
Aku
mencintaimu, masih.. dan kau mencintainya, sangat.
Kita
benar-benar seperti domino, aku
jatuh untukmu dan kau jatuh untuk orang lain, tidak bisakah jika kita saling
jatuh untuk satu sama lain?
Bodoh!
Iya,
aku yang bodoh. Masih saja jatuh untukmu berulang-ulang.
Kau
juga, bodoh. Kenapa terus mengejar cinta yang mengurungmu? kenapa bertahan
dengan cinta yang tak membebaskan?
Iya,
kita sama-sama bodoh. Mungkin itu esensi cinta, melumpukan logika, mengagungkan
rasa.
Tapi
kau tau? ada yang lebih menyedihkan dari kebodohan kita berdua, tau apa?
Aku
yang ikut merasa sakit melihat kau semenderita itu, aku yang ikut merasakan
sedihmu ketika ternyata cinta menyakitimu.
Tapi
sejujurnya aku iri, kau begitu berjuang untuknya, sedang dulu? ah sudahlah, aku
seperti sedang melihat diriku di cermin ketika dulu mengejarmu..
:)
@whiteteanosugar.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar
terimakasih sudah berkunjung . silakan koment yaa :)