my clock

Selasa, 22 April 2014

Seperti Domino

Kepada yang akhirnya menemukan surat ini,

Belakangan aku hampir lupa rasanya menangis, hari-hariku terasa begitu padat tapi sangat flat. Ah bukankah harusnya itu pertanda baik, ketika hari-harimu terbebas dari derai air mata?
Ya tentu, aku tahu jelas penyebabnya, tak perlu banyak menerka-nerka. Ada yang hilang, pengisi hati beserta segala rutinitasnya.
Kau tahu? tempatmu mungkin se-spesial itu, hingga ketika kau pergi seperti tak tersisa, hampa. Aku hampir lupa caranya berekspresi, semua sama, datar saja.

Lalu kemarin, aku seperti tau arti matahari di musim penghujan. Aku bagai tau rasanya menemukan tetes air di padang sahara, senyumku kembali.

Ternyata aku masih pintar berpura-pura, kau pun. Sandiwara. Sepertinya kita berhak akan piala citra. Dua-duanya seakan biasa saja, tanpa beban, tanpa luka, bebas, lepas, kita melebur, menjadi tawa di udara.

Setelahnya aku sadar, di antara kita memang ada cinta. Masih ada.
Tapi arahnya sudah tak lagi sama.
Aku mencintaimu, masih.. dan kau mencintainya, sangat.

Kita benar-benar seperti domino, aku jatuh untukmu dan kau jatuh untuk orang lain, tidak bisakah jika kita saling jatuh untuk satu sama lain?

Bodoh! 
Iya, aku yang bodoh. Masih saja  jatuh untukmu berulang-ulang.
Kau juga, bodoh. Kenapa terus mengejar cinta yang mengurungmu? kenapa bertahan dengan cinta yang tak membebaskan?
Iya, kita sama-sama bodoh. Mungkin itu esensi cinta, melumpukan logika, mengagungkan rasa. 

Tapi kau tau? ada yang lebih menyedihkan dari kebodohan kita berdua, tau apa?
Aku yang ikut merasa sakit melihat kau semenderita itu, aku yang ikut merasakan sedihmu ketika ternyata cinta menyakitimu.

Tapi sejujurnya aku iri, kau begitu berjuang untuknya, sedang dulu? ah sudahlah, aku seperti sedang melihat diriku di cermin ketika dulu mengejarmu..

:)

@whiteteanosugar.blogspot.com

0 komentar:

Posting Komentar

terimakasih sudah berkunjung . silakan koment yaa :)